Kamis, 13 Desember 2012

Hotel Ciputra Semarang

Hotel yang berada di pusat kota Semarang.   Tepatnya di daerah Simpang Lima.   Hotel yang benar-benar nyaman dekat dari mana-mana. Di lantai 1 sampai lantai 3 atau 4 ya? (Nanti saya edit lagi) ada supermarket, KFC, Hoka-Hoka Bento, butik, toko buku, banyaklah yang bisa dilihat.  
Makannya kalau dinas di Semarang dan kebetulan menginap di Hotel Ciputra Semarang, kamar saya penuh dengan makanan cepat saji, buah-buahan, dan makanan ringan.   Lengkaplah.  Betah seharian di dalam kamar sambil nonton siaran tv kabel Indovision.   Apalagi kalau hawa di luar begitu terik rasanya enak sekali tinggal di kamar sambil makan es krim.   Kecuali kalau ada rapat mau tak mau semua kesenangan itu ditinggalkan.
Makan pagi di restoran pun juga enak, biasanya ada makanan standard hotel seperti sosis, kentang goreng, semur daging, nasi goreng, bakpia, juice, ya standard hotel berbintang-lah tetapi dengan rasanya yang lebih enak.
Interior kamar Ciputra terlihat mewah dengan wallpaper warna lembut dan pemandangan ke alun-alun yang ada di simpang lima.    Toiletnya pun bersih.  Recommended banget deh kalau kalian mau menginap di hotel ini, tentu saja perlu merogoh kocek lebih dalam.  

Hotel Jambu Luwuk

Sebulan yang lalu saya sempat menginap di Hotel Jambu Luwuk Malioboro Jakarta.   Meskipun ada embel-embel Malioboro di belakangnya, hotel ini tidak berada persis di Jalan Malioboro tetapi ada di belakang jalan Malioboro.  Sekitar 1 km dari jalan Malioboro.  Kalau kalian malas jalan kaki ke Malioboro, di depan Hotel Jambu Luwuk terdapat beberapa becak yang siap mengantarkan ke Malioboro.  Tapi harus pintar-pintar menawar.  
Saya dari hotel ke Malioboro harus meronggoh uang sebesar Rp. 15.000, sedangkan teman di waktu bersamaan dengan tujuan yang sama hanya membayar Rp. 7.000 (padahal mereka berdua dan gempal-gempal, ha..ha..).  Teman saya yang lebih kurus dari saya lebih apes lagi, harus bayar Rp. 20.000.
"Itung-itung amal," katanya membela diri.  
Nah, tukang becak di Malioboro kadang nakal juga suka memaksa kita mengubah rute ke daerah sekitar keraton yang banyak jualan batik dan lukisan.  Mereka dapat fee dari para penjual.  Kalau kalian sempat sih silahkan saja, kualitasnya juga memang lebih baik.    Pintar-pintar memilih saja. 
Tapi saya ingin menikmati suasana Malioboro dan kuliner Jogjakarta.   Tukang becak yang saya tumpangi dengan halus tetapi setengah memaksa menyarankan saya untuk melihat batik dulu.
"Mumpung di Jogja, Pak.  Mampir saja dulu, lihat-lihat."
Arah becak mau di arahkan menjauhi Malioboro.   Saya terpaksa tegas dengan abang becak yang satu ini.
"Mas, saya tidak cari batik.   Saya di tunggu orang di dekat benteng Vredenburg."
Baru setelah itu, tukang becak tersebut diam dan tak memaksa saya secara halus untuk mengubah haluan.
Itu kalau mau naik becak, kalau jalan kaki lumayan juga.  Apalagi kalau sampai kesasaran, pasti jarak yang ditempuh akan lebih jauh lagi. 
Untuk kebersihan, hotel ini cukup bersih dan makanannya cukup enak.  Fasilitas wifi tersedia di semua ruangan dan kamar hotel.   Kadang ada musik gending dari lobby hotel.  Hotelnya sendiri berbentuk huruf U, dimana kita bisa melihat taman yang berada di tengah hotel.   Waktu itu kamar yang menghadap jalan raya sudah habis, jadi kamar yang saya dapat menghadap taman.
Hotel Jambu Luwuk boleh jadi referensi buat kalian yang mau suasanan ketenangan tapi dekat dengan Malioboro.  Namun untuk wisata kuliner ya harus naik becak ke Malioboro atau tempat lain.  Hari kedua di Hotel baru saya dapat pinjaman mobil buat jalan-jalan keliling Jogja sampai ke Purworejo. 

Rabu, 12 Desember 2012

Lantai Jembatan Orthotropic

Inovasi ini sudah lama diterapkan di Amerika Serikat, Eropa, dan negara maju lainnya.  Sedangkan di Indonesia baru beberapa tahun ini lantai jembatan orthotropic digunakan terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.  Lantai jembatan orthotropic mengganti penggunaan beton dengan pelat baja.  Di Jawa Tengah contohnya adalah Jembatan Pemali (Brebes) dan Sipait (Pekalongan-Pemalang).   Penggunaan lantai jembatan orthotropic dapat mengurangi beban mati jembatan hingga 45% dan lebih mudah dalam pemasangannya dibandingkan dengan lantai beton.  Sistem ini memang membuat biaya konstruksi lebih mahal, namun struktur lantai lebih ringan dan instalasi di lapangan cepat dan mudah.
Pada struktur, lapis perkerasan ditopang/menempel pada pelat beja, pelat baja ditopang oleh rusuk longitudinal (ribs), ribs ini ditopang oleh rusak transversal (melintang) dan rusuk tranversal ini ditopang oleh girder/gelagar utama baik itu berupa rangka baja maupun plate girder.
Namun untuk jembatan CH (Calender Hamilton) yang berumur cukup tua dengan bentang panjang, Jembatan Pemali sisi Utara menghadapi beberapa kendala. Saat ini beberapa titik berlubang bahkan pelat baja ambles di beberapa titik.  Lapisan aspal diatas pelat baja juga tidak menempel kuat sehingga sering pelat baja terekpos.   Hal ini berbahaya untuk jalur Pantura yang banyak dilalui kendaraan berat, tumpahan oli dan musim hujan membuat keadaan lantai menjadi lebih licin.  Ini yang perlu menjadi perhatian Pemerintah.   Sedangkan jembatan Sipait dengan bentang jembatan lebih pendek memang jembatan orthotropic kondisi cukup baik, hanya perlu penghamparan ulang lapisan permukaan aspal.   Perlu penelitian lebih lanjut untuk penggunaan lantai orthotropic untuk jembatan bentang panjang.

Menulis

Sudah lama tidak menulis dan ikut lomba blog.  Ternyata menyenangkan keluar dari rutinitas pekerjaan kantor.   Ada kesenangan mencari bahan/referensi untuk bahan tulisan lomba blog atau lomba essay.   Menang kalah bukan yang utama, tapi seni menulis itulah yang dinikmati.  Proses menjadi tulisan, selain menambah pengetahuan baru juga meningkatkan kemampuan menulis.  Kesibukan kuliah S2 telah selesai, kesibukan di kantor sedang-sedang saja, dan kesempatan untuk menulis ada.   Untuk info lomba tulis saya biasanya mencari di lombaapasaja.blogspot.   Banyak ada update-an baru di blog itu.