Inovasi ini sudah lama diterapkan di Amerika Serikat, Eropa, dan negara maju lainnya. Sedangkan di Indonesia baru beberapa tahun ini lantai jembatan orthotropic digunakan terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lantai jembatan orthotropic mengganti penggunaan beton dengan pelat baja. Di Jawa Tengah contohnya adalah Jembatan Pemali (Brebes) dan Sipait (Pekalongan-Pemalang). Penggunaan lantai jembatan orthotropic dapat mengurangi beban mati jembatan hingga 45% dan lebih mudah dalam pemasangannya dibandingkan dengan lantai beton. Sistem ini memang membuat biaya konstruksi lebih mahal, namun struktur lantai lebih ringan dan instalasi di lapangan cepat dan mudah.
Pada struktur, lapis perkerasan ditopang/menempel pada pelat beja, pelat baja ditopang oleh rusuk longitudinal (ribs), ribs ini ditopang oleh rusak transversal (melintang) dan rusuk tranversal ini ditopang oleh girder/gelagar utama baik itu berupa rangka baja maupun plate girder.
Namun untuk jembatan CH (Calender Hamilton) yang berumur cukup tua dengan bentang panjang, Jembatan Pemali sisi Utara menghadapi beberapa kendala. Saat ini beberapa titik berlubang bahkan pelat baja ambles di beberapa titik. Lapisan aspal diatas pelat baja juga tidak menempel kuat sehingga sering pelat baja terekpos. Hal ini berbahaya untuk jalur Pantura yang banyak dilalui kendaraan berat, tumpahan oli dan musim hujan membuat keadaan lantai menjadi lebih licin. Ini yang perlu menjadi perhatian Pemerintah. Sedangkan jembatan Sipait dengan bentang jembatan lebih pendek memang jembatan orthotropic kondisi cukup baik, hanya perlu penghamparan ulang lapisan permukaan aspal. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penggunaan lantai orthotropic untuk jembatan bentang panjang.
makasih untuk infonya kak
BalasHapuskapasitas bucket pc200