Rabu, 06 Mei 2009

Masalah dalam Perubahan Budaya Organisasi
Tidak semua orang akan menyambut perubahan dengan gembira. Para karyawan mungkin, bahkan bisa dipastikan, akan terbelah, setidak-tidak menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok yang setuju terhadap perubahan dan kelompok yang menentang atau resisten. Masalah yang paling sering dan menonjol dalam pengimplementasi teknologi adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Seperti dikatakan Jane Flagello (Azizy, 2007), “Change is growth. Change is opportunity. Change increases potential.”

Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.

Stephen P Robbins (dalam Winarndi, 2006).menyatakan bahwa semakin banyak organisasi dewasa ini menghadapi lingkungan dinamik dan banyak mengelami perubahan, serta menyebabkan timbulnya keharusan untuk berubah (Winardi, 2006). Sumber penyebab timbulnya perubahan terdapat pada karakteristik dasar manusia.. Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan. Ada beberapa penyebab penolakan ini :


1. Kebiasaan.
Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan.
2. Rasa aman
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai. Ketakutan bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh teknologi (Indrajit, 2005).
3. Faktor ekonomi
Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-nya pendapatan. Kesadaran bahwa dengan adanya teknologi maka mereka akan kehilangan pendapatan tidak resmi yang kerap diperoleh sehari-hari (Indarjit, 2005). An internal boundary, mungkin istilah yang sesuai untuk hal ini dimana secara internal perubahan itu tidak direspon secara positif oleh para pegawai karena takut kehilangan “rente” yang selama ini mereka nikmati (Indiahono, 2006).
4. Takut akan sesuatu yang tidak diketahui
Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keragu-raguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
5. Persepsi
Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar