Kamis, 07 Mei 2009

Tinjauan Manajemen Knowledge


1.1 Tinjauan Teoritis Pengetahuan
Knowledge merupakan bagian vital dalam kehidupan sosial manusia modern. Selain itu, dalam sebuah organisasi, peran knowledge yang dimiliki secara keseluruhan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi kerja dari organisasi yang bersangkutan. Dalam era informasi penting untuk disadari bahwa aliran knowledge kedalam dan keluar organisasi berlangsung sangat cepat. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi, revolusi penyebaran dan pemanfaatan knowledge bukan merupakan hal yang aneh.
Banyak organisasi dewasa ini mengadopsi dan mengimplementasikan knowledge management system sebagai sarana dalam menunjang proses-proses yang terkait dengan pemberdayaan knowledge yang mereka miliki. Namun, untuk mewujudkan budaya berbagi knowledge dalam suatu organisasi bukanlah hal mudah. Selain faktor internal, berupa sifat dasar dari knowledge itu sendiri, hal lain yang biasanya menjadi kendala adalah kesiapan individu-individu dalam organisasi dalam mengadaptasi perubahan menuju kearah learning organization.

1.2 Konversi Knowledge
Manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan dan bagaimanan mengelolanya. Kesadaran untuk menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan karena terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai asset utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara kepada kepemilikan data saing perusahaan terhadap para pesaingnya.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif, akan dikutip beberapa defines yang berasal dari para ahli.

  • Horwitch dan Armacost (2002) mendefiniskan manajemen pengetahuan sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan, dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tapat ketika dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebibaik, bertindak dengan tapat, serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi bisnis.
  • Davidson dan Voss (2002) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas pada stafnya untuk [erbaikan kinerja perusahaan.
  • Knowledge Transfer International (KTI) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai suatu strategi yangmengubaj asset intelktual organisasi, baik informasi yang sudah terekam maupun bakat dari para anggotanya ke dalam produktivitas yang lebih tinggi, nilai-nilai baru, dan peningkatan daya saing. Menurut definisi ini, manajemen pengetahuan mampu mengajarkan pada organisasi, dari mulai pimpinan sampai kepada karyawan mengenai bagaimana menghasilkan dan mengoptimalkan ketrampilan sebagai entitas kolektif.
  • The American Productivity and Quality Centre mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai strategi dan proses pengindentifikasian, menangkap, dan mengungkit pengetahuan untuk daya saing.


Berbagai definisi yang dikemukakan oleh paraahli tersebut terlihat memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Tannenbaum (1998) menawarkan definis berikut ini yang dapat dijadikan sebagai suatu konsensus sehingga didapatkan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap definsi manajemen pengetahuan.

  1. Manejemen pengetahuan mencakup pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan pengaksesan informasi untuk membangun pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat teknologi informasi seperti computer yang dapat mendukung manajemen pengetahuan, namun teknologi informasi tersebut bukanlah manajemen pengetahuan.
  2. Manajemen pengetahuan mencakup berbagi pengetahuan (sharing knowledge). Tanpa berbagi pengetahuan akan gagal. Kultur perusahaan, dinamika dan praktik (seperti penggajian) dapat mempengaruhi pengetahuan. Kultur dan aspek social dari manajemen pengetahuan merupakan tantangan yang signifikan.
  3. Manajemen pengetahuan terkait dengan pengetahuan prang. Pada suatu saat, organisasi membutuhkan orang-orang yang kompeten untuk memahami dan memanfaatkan informasi dengan efektif. Organisasi terkait dengan individu untuk melakukan inovasi dan memberi petunjuk kepada organisasi. Organsiasi juga terkait dengan persoalan keahlianyang menyediakan input untuk menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, organisasi mesti mempertimbangkan bagaimana menarik, mengembangkan, dan mempertahankan anggita sebagai bagian dari domain manajemen pengetahuan.
  4. Manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektivitas organisasi. Berkonsentarsi dengan manajemen pengetahuan karena dipercaya bahwa manajemen pengetahuan dapat memberikan konstribusi kepada vitalitas dan kesuksesan perusahaan. Upaya untuk mengukur modal intelektual dan untuk menilai efektivitas manajemen pengetahuan harus dapat membantu memahami secara luas pengelolaan pengetahuan yang telah dilakukan.

Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang memperkenalkanbahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di dalam benak manusia dalam bentuk intuisi, judgement, skill, values, dan belief yang sangat sulit diformalisasikan dan dibagikan kepada orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah knowledge yang dapat atau sudah terkondifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media. Explicit knowledge dapat berupa formula, kaset/ cd video dan audio, spesifikasi produk atau manual.
Kedua jenis knowledge tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi dapat dikonversi melalui empat jenis konversi, yaitu : Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan Internalisasi. Keempat jenis konversi ini disebut SECI Process (S: Socialization, E: Externalization, C: Combination, dan I: Internalization).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar