Beberapa tahun lalu, Max Levchin, “pangeran” muda dari Silicon Valley, membeli rumah pertamanya. Sebuah mansion mewah dengan 12 kamar dipuncak bukit seharga US$ 3,4 juta. Bagi Levchin, dana sebesar itu tak ada artinya. Sebab, pria yang kini berusia 33 tahun itu (masih muda ya!) mendapatkan durian runtuh ketika menjaual PayPal, layanan online payment yang digagasnya pada 1998, ke e-Bay seharga US$ 1,5 miliar pada tahun 2002. Namun, ia tidak pernah menempati rumah iti barang sehari pun, tetapi memilih menjualnya dan membeli rumah yang lebih mewah lagi.
Masih di negeri Paman Sam, ada tiga serangkai Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim yang mengagas situs YouTube. Kisah berawal ketika ketiganya bekerja di PayPal. Sewaktu santap malam di apartemen Chen, mereka berkeluh kesah tentang sulitnya menemukan tempat berbagi video di jagat maya, yang diunduh maupun diunggah kapan saja dan di mana saja. Malam itu, mereka berinisiatif untuk memulai proyek situs kecil-kecilan sebagai badan hukum. Akan tetapi, hampir mirip dengan pengalaman Levchin, mereka menjual YouTube ke Google seharaga US$ 1,7 miliar pada 2006.
Berbeda dengan Levchin, Mark Zuckerberg memilih untuk tetap mempertahankan situs jejaring sosial yang digagasnya Facebook. Dan, ia memilih tetap tinggal di apartemennya yang sederhana ketimbang membeli apartemen yang lebih mewah. Menurut Forbes, Zuckerberg yang baru berusia 25 tahun pada Mei lalu ini, merupakan salah satu orang terkaya di dunia dengan taksiran kekayaan mencapai US$ 1,5 miliar. Oleh sebab itu wajar jika majalah Forbes menjuluki Zuckerberg sebagai “The Youngest ‘Selfmade’ Billionaire on Planet" (foto atas). Ia adalah miliader termuda di dunia dengan menghasilkan kekayaan dari usahanya sendiri dan bukan dari warisan orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar