Selasa, 23 Juni 2009

Mahmud Darwish tentang Kota Beirut


Aku belum mati dan tak tahu andai aku tumbuh
Bertambah tua sehari, menatap yang dapat ditatap
Dari kota-kotaku
Biarkan Beirut menjadi apa yang diinginkannya:
Ini, darah kami menggelegak untuknya,
Apakah dinding genggam teluk deritaku

(Memory for Forgetfullness, 1995)

Mahmus Darwish, penyair Arab modern terbesar yang bermukim di Ramallah, sebenarnya berbicara tentang Kota Beirut yang terkoyak ketika diserang Israel pada 6 juni 1082. Tapi seperti yang kita tahu, harapannya agar Beirut menjadi apa yang diinginkannya tak pernah terwujud. Israel tetap menyerang Beitur, dan darah para gerilyawan Hizzbulah pun mengelegak. Sampai kapan Kota Beirut akan kembali damai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar