Pada tahun 1492, dalam pelayaran pertamanya ke dunia baru, Christopher Columbus berlayar ke perairan yang dipenuhi rumput laut, ikan kura-kura, dan kepiting. Kehidupan laut jinak yang dimati serta banyaknya burung-burung di sekitar situ menyakinkan penjelajah bahwa dia berada di dekat daratan. Ternayata Columbus dan anak buahnya harus menelan kekecewan. Mereka masih berminggu-minggu sebelum bertemu daratan. Columbus telah berlayar melalui Laut Sargasso. “Laut” itu sebetulnya lebih tepat disebut sebagai arus laut yang berpusar atau paling tidak titik pusat pusaran. Laut Sargasso dibentuk oleh sistem arus laut yang mirip cincin yang berputar searah jam di Samudera Atlantik dari Hindia Barat ke Kepulauan Canary. Bagian dalam dari cincin yang tenang itu ditaburi oleh pulau-pulau ganggang laut yang mengambang, disebut sargassum, yang menjadi tempat bernaung beragam kehidupan liar.
Arus cincin Laut Sargasso memasok nutrisi ke oasis lautan itu. Plankton dan ganggang berkembang bersana rumput laut menciptakan tempat jamuan makan di olakan arus itu yang dimanfaatkan oleh belut laut, ikan, kura-kura, dan makhluk laut lain sebagai tempat membesarkan anak dan berlindung dari pemangsa. Banyak pelaut dari masa-masa awal itu yang khawatir sargassum akan membelit dan menjerat kapal mereka, sebuah pemahaman salah yang memberi Laut Sargasso posisi mistis sebagai rumah para monster dan duyung. Rumput laut di sana tidak menggumpal cukup tebal untuk menimbulkan bahaya, tetapi reputasi sebagai laut di dalam laut yang misterius initetap bertahan karena lokasinya di jantung segitiga Bermuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar