Selasa, 16 Juni 2009

Sepenggal cerita dari Beit Lahama


Sejarah mencatat, kota ini dihuni manusia sejak 3.000 SM. Ketika itu salah satu daerahnya bernama Beit Lahama, yangkini dikenal dengan Bethlehem. Kata Bethlehem diambil dari kata Lahmo yakni dewa kesuburan orang-orang Kaldea yang diambil dari bahasa orang-orang Kanaan, yakni Lahama. Menurut kaum Kanaan, nama Beit Lahama berarti makanan dan kekuatan. Latar belakang penggunaan nama itu karena kotatersebut terletak di kawasan subur, tempat gembala hewan ternak dan yerdapat ladang gandum, zaitun, dan sayur-sayuran. Karean itu, kini disebut sebagai daerah Padang Gembala. Kota Bethlehem juga punya nama lain yaitu Kota Afrat atau Afratah yang artinya kesuburan dan tumbuh-tumbuhan. Pemukiman Tahudi dekat Bethlehem menggunakan nama permukiman Afratah.
Pada tahun 330 M, penguasa Kekaisaran Romawi Kaisar Konstantin membangun gereja yang kemudian dinamai Gereja Suci Maria. Akan tetapi versi lain, Helineh (ibu kota Konstantin) lah yang membangun gereja tersebut. Pada tahun 529 M, kaum Samaria merobohkan Gereja Suci maria. Kemudian Kaisar Gustannian membangun gereja itu dalam bentuk sekarang yang lantas dikenal dengan nama Gereja Al mahd. Ketika kaum Persia menaklukkan Palestina pada tahun 614 M, mereka tidak menganggu Gereja Al Mahd. Tatkala kaum Muslimin membebaskan Bethlehem dari tangan Persia, mereka juga tidak menganggu Gereja A; Mahd. Khalifah Umar bin Khattab sewaktu mengunjungi Kota Bethlehem bahkan menjamin keamanan kepada penduduk kota tersebut. Masih panjang catatan Kota Betlehem dengan segala pernik-perniknya.
Dimulai dengan dikeluarkannya Deklarasi Balfour 1917, nasib Bethlehem tidak menyenangkan. Deklarasi ini merupakan peletakan terjadinya konflik antara bangsa Arab dengan bangsa Yahudi saat ini. Deklarasi Balfour ialah surat James Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris pada waktu itu, kepada Baron Rothchild, seorang Yahudi Amerika, yang berisi jaminan dan dukungan Pemerintah Inggris atas dibentuknya suatu negara Yahudi yang akan berkedudukan di Palestina. Dengan catatan : hak penduduk asli di daerah itu dihormati.
Setelah dikeluarkannya Deklarasi Balfour, hingga tahun 1948, Bethlehem dan Palestina berada dibawah pemerintahan protektorat Inggris. Selama masa itu, Bethelehem menjadi salah satu pusat perjuangan rakyat Palestina melawan pemerintah kolonial Inggris. Seusai perang Arab Israel tahun 1948, pasukan Mesir memasuki Bethlehem dan keluar tahun 1949. Sejak tahun itu Bethlehem berada dibawah kekuasaan Yordania hingga Perang Arab-Israel bulan Juni 1967. Dan sejak 1967, Bethlehem berada dibawah penduduk Palestina. Sejak Desember 1995, Bethlehem kembali lagi pada pemiliknya yang sah yakni rakyat Palestina, sesuai dengan Kesepakatan Oslo (1993). Kini, Israel mencoba kembali masuk ke Bethlehem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar