Sebuah tengkorak berusia 4.000 tahun ditemukan di India. Tengkorak itu mengandung jejak arkeologi penyakit lepra. Penemuan ini dungkapkan pada jurnal PloS ONE menjadi bukti pertama untuk penyekit pada abad prasejarah India dan sedikit menjelaskan bagaimana penyakit ini meluas dalam sejarah manusia. Meski tidak menjadi ancaman kesehatan utama di banyak negara, pemahaman akan pnyakit infeksi ini amat terbatas. Hal ini antara lain disebabkan bakteri penyebabnya, Mycobacterium leprae, amat sulit dikultur buat penelitian dan hanya punya satu jenis binatang semangnya, armadillo. Lepra yang disebut sebagai penyakit Hansen ditandai dengan ruam-ruam di kulit. Penularannya melalui kontak janka panjang dengan cairan hidung dan mulut dari penderitanya. Meski sudah dapat diobati, penderita lepra biasanya dikucilkan komunitasnya. Hasil studi genetika bakteri ini pada 2005 menyebutkan, dua kemungkinan daerah asal lepra, yaitu Afrika pada zaman Pleistosen akhir yang meluas ke luar Afrika pada 40.000 tahun lalu. Pendapat lain menyebutkan, lepra berimigrasi pada akhir zaman Holosen dari India setelah pembangunan kota-kota. Sumber sejarah mengungkapkan, lepra menyebar dari Asis ke Eropa saat ekspensi Alexander Agung pada 400 tahun SM. Tulisan tentang lepra ditemukan pada Atharva Veda, teks Hindu yang sakral yang disusun seribu tahun sebelum masehi. Teks itu berupa himne Sanskrit yang menjelaskan problem kesehatan, penyebabnya, dan perawatan yang ada di zaman India kuno. Gwen Robbins dari Appalachian State University dan satu rekannya kini mencoba mengekstarsi DNA purba dari tengkorak itu untuk membuktikan strain bekteri di India tersebut sama dengan bakteri yang menyebar di Afrika, Asia, dan Eropa masa kini. DNA dapat mengungkapkan penyebaran panyakit ini di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar