Selasa, 16 Juni 2009

Keraton Surakarta

Bangunan ini berumur lebih dari 2,5 abad. Mulai ditempati sejal 17 Februari 1945 oleh Susuhan Paku Buwobo II dan keluarganya. Mereka terpaksa pindah karena keraton di Kartosuro yang berjarak 10 kilometer sebelah barat Solo telah porak poranda oleh pemberontak Tionghoa.
Pada masa itu pilihan jatuh pada tanah yang luas yang dekat sekali dengan aliran Bengawan Solo. Sungai terpanjang di Jawa itu juga menawarkan sederet keuntungan. Salah satunya mendekatkan hubungan dengan pesisir utama Jawa Timur, misalnya Gresik dan Tuban. Dan belajar dari Kartosuro, di tempat ini Susuhan Paku Buwono berusaha membangun keraton yang bisa menangkal serangan model apapun. Itulah mengapa alun-alun pun dipakai untuk membentengi diri. Lapangan luas tersebut sengaja diletakkan sebagai medan perang sebelum para pengganggu mencapai keraton.
Keraton Surakarta mengandung nilai spritual yang dijunjung tinggi oleh kepercayaan Jawa kuno. Ada 7 tangga, 7 gapura, dan 7 lokasi bujur sangkar yang sesuai dengan rancang bangun Candi Borobudur.
Pada 1755 Perjanjian Giyanti dimateraikan. Isinya antara lain membagi Kerajaan Mataram jadi dua. Yakni, Kesunanan Surakarta dengan rajanya Paku Buwono II dan Kesultanan Yogyakarta dengan rajanya Hamengku Buwono I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar